[CerMot alias Cerita Motipasif]
“Cerita ini adalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, cerita, dan peristiwa, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya”
Pak John seorang CEO sebuah perusahaan ternama dan terkemuka, ia akhir-akhir ini sering mengeluhkan rasa sakitnya. Kesehatannya pun sudah menurun karena memang usianya yang sudah tua, sehingga ia merasa tak mampu lagi untuk mengelola perusahaan nya seorang diri. Akhirnya, disela waktu kosongnya, ia memanggil tiga orang bawahannya yang dianggapnya paling rajin, cekatan, dan pintar juga paling bisa diandalkan yaitu fikri, muamar, dan sofwan.
Sambil duduk bersandar diatas kursi berlapiskan kulit berwarna hitam Pak John berkata, “Fikri… Muamar… Sofwan… sejujurnya, saya sudah tak mampu lagi untuk mengatur dan mengelola perusahaan ini, saya tahu kalian bertiga memang rajin, cekatan, dan bisa diandalkan. maksud saya memanggil kalian bertiga adalah saya ingin diantara kalian ada yang bisa menggantikan posisi saya sebagai CEO diperusahaan saya” Ujar Pak jhon dengan logat serak dan sedikit terbatuk-batuk.
“Pak, kalo boleh saya tahu, bagaimana caranya diantara kami harus ada yang bisa menggantikan posisi bapak? Apakah kita harus hompimpah alaihum gambreng dulu pak, lalu suit dan yang menang bisa menggantikan posisi bapak?” Tanya sofwan dengan wajah yang lugu.
Pak John tertawa sambil mengeplak kepala sofwan menggunakan gulungan kertas hasil laporan mingguan, seraya berkata “ckckck… ya enggalah, saya akan mengadakan kompetisi diantara kalian”. Dengan bingungnya, Sofwan, fikri, dan muamar dengan wajah yang datar ketiganya saling tatap-tatapan wajah satu sama lainnya, lalu sedikit membengkokan kepala dan matanya menatap keatas sambil menghayal. Fikri mulai menghayal bahwa pak john akan mengadakan kompetisi bola dan ia berkata dalam hatinya, “ya jelas pasti gua yang menang, gua kan jagonya maen bola disini”.
Muamar menghayal pak john akan mengadakan kompetisi catur dan ia berkata dalam hatinya, “wah kalo catur sih udah pasti gua yang menang, gua pasti bisa merebut kursi jabatannya pak John”. Tanpa harus menghayal Sofwan langsung berkata dalam hatinya, “waduh gua ga bisa apa-apa nih, mungkin kalo pak John ngadain kompetisi siapa yang paling cepat tertidur, gua yang bakal menang, tapi apa mungkin?” keluh sofwan dalam hatinya sambil menggaruk kepala.
Muamar menghayal pak john akan mengadakan kompetisi catur dan ia berkata dalam hatinya, “wah kalo catur sih udah pasti gua yang menang, gua pasti bisa merebut kursi jabatannya pak John”. Tanpa harus menghayal Sofwan langsung berkata dalam hatinya, “waduh gua ga bisa apa-apa nih, mungkin kalo pak John ngadain kompetisi siapa yang paling cepat tertidur, gua yang bakal menang, tapi apa mungkin?” keluh sofwan dalam hatinya sambil menggaruk kepala.
“Kenapa kalian bertiga?” Tanya Pak John sambil heran.
“oh…engga pak.. ga apa-apa” dengan kompak dan tersenyum-senyum mereka menjawab dengan hayalan dikepalanya masing-masing tidak terkecuali Sofwan dengan rasa bingungnya.
“begini,, saya punya 6 benih tanaman bunga matahari. Saya ingin kalian bertiga merawatnya hingga tumbuh besar. Siapa yang paling cepat tumbuh dalam waktu 3 bulan maka saya akan putuskan dial ah yang akan menggantikan saya sebagai CEO diperusahaan saya, gimana sanggup?”. Ujar pak John dengan wajah yang menantang
Tiba-tiba khayalan yang sudah dibangun setinggi mungkin oleh mereka bertiga harus runtuh dengan dengan seketika . ’ leglek….’ suara telanan ludah kepahitan Fikri dan Muamar terdengar seisi ruanganan.Namun Sofwan tetap dalam posisi wajah datarnya.
“ya…kami bisa pak..” mereka bertiga menjawab dengan harapan kosong.
Mereka bertiga pun keluar dari ruangan pak John dan masing-masing pulang kerumah untuk merawat benih tanaman bunga matahari. Fikri optimis “alah Cuma merawat benih, ya jelas gua bisa.. gua gini-gini pernah praktikum AKAUA”. Muamar berfikir “ tumbuhan bisa terhambat kalo gaya gravitasi terlalu besar , maka saya harus menyimpannya di tempat yang tinggi, di atas lemari, biar sehari bisa tumbuh 0,1cm, sebulan bisa tumbuh 3,0cm, gua pasti menang”. Sofwan masih merasa bingung, dan bercerita tentang apa yang dialaminya pada istrinya tercinta.
Hari demi hari telah terlewati, minggu demi minggu pun telah terlalui namun benih yang di amanatkan pada ketiga bawahannya tersebut masih belum juga tumbuh. Jika ketiganya sedang bertemu, mereka saling bercerita tentang benih nya tanpa menceritakan yang sebenarnya. “wah, tanaman saya sudah lumayan tumbuh tinggi, karena saya siram tiap mau tidur dan bangun tidur, bahkan saya saja belum mandi tapi tanaman saya sudah dimandiin dari jam 4 pagi, abis itu saya tidur lagi” ujar fikri pada Muamar dan Sofwan. “sama fik, saya juga gitu, tanaman nya sering saya bawa kemana-mana, saya bawa tidur, dibawa mandi, bahkan saya bawa olah raga juga biar sehat” celetuk Muamar. “ente gimana wan? Gimana ma tanaman ente?” Tanya fikri sambil ingin memastikan Sofwan. “ Oh iya nih, saya sering kasih pupuk tiap hari”, sambil bingung Sofwan hanya menceritakan apa yang dia lakukan bukan menceritakan perkembangannya.
Waktu penentuan pun tinggal 3 hari lagi, namun benih dari ketiganya masih belum juga ada yang tumbuh. Fikri bingung dan menggunakan jurus seribu cara, “aha.. gua punya ide, hari ini pulang kantor gue mau beli tanaman bungan matahari di tukang bungan terus gue tanem dipot, kan ga ketawan”. Secara tidak kebetulan, Muamar pun berfikir sama seperti Fikri, namun mereka tidak saling memberitahu, “besok, pulang kantor gue mau beli ni tanaman, terus gw buang ni benih sialan”. Namun berbeda dengan Sofwan. Ia selalu meminta pendapat istrinya, “mah… papah heran, kenapa benih ini sama sekali tidak tumbuh, papah takut papah kalah saing, dan papah tidak bisa jadi CEO, apa papah harus curang dengan membeli tanaman yang sama lalu papah tanam dipot ini?” ujar sofwan pada istrinya. “papah… mamah salut dengan usaha papah selama ini merawat benih dengan sepenuh hati, namun alangkah mamah lebih suka jika papah bisa bertindak jujur apa adanya, mamah lebih suka papah menjadi karyawan biasa yang jujur dibandingkan jadi pimpinan yang tukang bohong”, Ucap istri tercinta Sofwan sambil menatap kedua bola mata sofwan. Mendengar ucapan istrinya, Sofwan merasa terdobrak dari keadaan yang buntu, Ia bangkit dengan kepercayaan dirinya, dan tetap menjaga benihnya dalam Pot.
Akhirnya hari penentuan telah tiba, Fikri..Muamar.. dtang menghadap pak John sambil membawa tanaman bunga Matahari di potnya dengan tinggi yang sama (karena sebenarnya mereka membeli ditoko yang sama, namun harinya berbeda, dan mereka tidak saling mengetahui hehe). Sofwan dengan wajah percaya diri, penuh senyum dan bahagia membawa pot yang berisikan benih yang masih utuh. Fikri berbisik pada Muamar “jiaaaahhahaha si Sofwan ngeledek pak John, belum aja di kemplak lagi palanya”. “Biarin aja Fik, mungkin dia terlalu manja-manjain benihnya, eh saking dimanjain jadi benihnya males tumbuh haha”.
(dalam suasana menegangkan diruangan Pak John, “dan sudah saya putuskan yang dapat menggantikan jabatan saya adalah….. saya putuskan…. Saudara Sofwan…” Ujar pak John seraya member selamat pada Sofwan.
Ketiganya terbingung, lagi lagi suara ‘leglek’ terdengar dari tenggorokan Fikri dan Muamar . “ko bisa saya pak?” Tanya sofwan dengan mata melotot, bibir mengkerucut, tangan garuk-garuk kepala.
Lalu dengan tegas Pak John menjelaskan semuanya, “ ya bisa lah.. sebenarnya, dari awal saya member benih pada kalian bertiga itu saya berikan benih yang memang sudah tidak bisa tumbuh, saya sudah rendam dalam minyak tanah selama berhari-hari, maka disini hanya Saudara Sofwan yang mampu mempersembahkan kejujuran pada saya, maka saya pilih dia untuk menggantikan saya”
Mata melototnya perlahan kian membentung busur lengkungan, dan bibir kerucutnya membentuk huruf ‘U’, dia mengucapkan terima kasih pada Pak John. FIkri dan Muamar masih duduk terdiam sambil memegang pot yang tertanam bunga matahari yang mekar indah menguning. “seandainya ini bunga bisa ngomong pasti udah ngeledekin kita Mar” ujar Fikri. “iya Fik paling engga ni bunga lagi ngetawain kita Fik sekarang”. Dan Sofwan pamit pulang, lalu sesampainya dirumah ia menceritakan pada istrinya dan berterima kasih yang sebanyak-banyaknya pada istri nya , dan akhirnya Sofwan pun hidup bahagia bersama istri dan anak-anaknya….. Sekian..
“kejujuran adalah modal segala-galanya..”
“karena dibalik pria yang hebat tersimpan wanita yang kuat”
Terima Kasih,
Comments
KADAR. Online casino. 인카지노 KADAR. Casino. KADAR. KADAR. Casino. 온카지노 kadar. Online casino. KADAR. Online casino. KADAR. Online 제왕카지노 casino. KADAR.